Selasa, 17 Januari 2012

Open Source


Open Source adalah sistem pengembangan yang tidak dikoordinasi oleh suatu individu atau lembaga pusat, tetapi oleh para pelaku yang bekerja sama dengan memanfaatkan kode sumber (source-code) yang tersebar dan tersedia bebas yang biasanya menggunakan fasilitas komunikasi internet. Konsep Source Code adalah membuka "kode sumber" dari sebuah perangkat lunak. Konsep ini terasa aneh pada awalnya dikarenakan kode sumber merupakan kunci dari sebuah perangkat lunak. Dengan diketahui logika yang ada di source code, maka orang lain semestinya dapat membuat perangkat lunak yang sama fungsinya.
Trend Rekayasa Perangkat Lunak Open Source
Pemerintahan di seluruh dunia saat ini sedang tertarik dengan Open Source, sebuah software yang dapat digunakan untuk melihat dan memodifikasi source code-nya. Hal ini tidak seperti proprietry software yang dibuat oleh Microsoft. Trend Open Source belum tentu dapat berlanjut, karena tantangan saat ini adalah biasanya pengembangan teknologi berorientasi pada server pada aplikasi desktop. Selain itu juga, adanya oposisi yang dilakukan oleh Microsoft yang menempatkan sebagai perusahaan yang paling terpukul jika pemerintahan beralih ke produk Open Source.
Saat ini produk Open Source yang paling terkenal adalah Linux. Namun, ada para pembuat software yang mempatenkan idenya sebagai software Open Source dan membuat persaingan dalam dunia pasar software. Beberapa tahun lalu, “U.N. World Summit on the Information Society” (WSIS) mengadakan deklarasi untuk menawarkan solusi software Open Source untuk negara-negara berkembang. Sebagian besar pemerintahan multilateral memiliki persepsi baha software Open Source lebih murah dan mudah dibandingkan produk proprietry. 
Hal ini juga dilakukan oleh “Organization for Economic Cooperation and Development” tentang penggunaan Open Source dalam Cyber-Security organisasi tersebut.. Sedangkan pada pertemuan “ Asia Pacifik Economic Cooperation “(APEC) di Thailand, Amerika mendorong pertimbangan agar tidak ikut campur dan menyerahkan pasar tentang penggunaan software Open Source atau proprietry.
Meskipun muncul persaingan menghadapi software Open Source ini, industri teknologi Amerika mengakui secara signifikan adanya evolusi dibidang industri ini. Pemain-pemain besar seperti IBM, Intel dan Oracle, telah mengakomodasi Open Source dalam produk dan service-nya. Asosiasi industri amerika (”U.S. industry trade associations”) makin serius membahas tentang propriety dan Open Source ini. Namun, usaha yang dilakukan oleh banyak pemerintahan yang mengadopsi Open Source untuk membuat peraturan yang mengunggulkan penerapan Open Source banyak digagalkan.
Uni Eropa dan banayk di negara Eropa yang memperlihatkan dukungan kepada Open Source, hal ini ditunjukkan langsung oleh pemerintahan Spanyol yang secara resmi mengadopsi software Open Source dan memutuskan penggunaan pada departemen-departemen pemerintahannya yang keputusannya diimplimentasikan di musim semi 2003. Sedangkan “Departemen of Communications, Information Technologi and the Arts” Australia menyatakan bahwa pemerintahan tidak membutuhkan hukum dan guideline dalam pemakaian software dan menyatakan bahwa “Australian Unix Users Group” (AUUG) mengenai “Open Source Procurement guidelines” tidak diperlukan. Namun, Darren Sommers dari “Herbert Geer and Rundle Lawyers” meyakan AUUG tetap membutuhkan dukungan legilasi supaya memiliki kekuatan.
Di Asia, pemerintahan Korea, Jepang dan China sudah mempertimbangkan pemakaian Open Source bahkan China telah mengadopsinya. Selain itu, “Infocomm-development Authirity (IDA) Singapore telah memasukkan  Linux sebagai opsi untuk tender dan kontrak pemerintah. Sedangkan di Malaysia Perdana Mentri Mahathir Mohammad tertarik terhadap Software Open Source dan mengunjurkan pelayanan sipil untuk mengadopsinya. Di Brazil, sejak Luiz Inacio Lula da Silva menjabat menjadi Presiden dukungan pemerintahan terhadap Open Source makin kuat. Selain itu, telah diadakan “Legislative Free Software Week” yang berlangsung pada 18-22 Agustus 2003yang diadakan oleh “Federal Senate”. Pemerintahan Brazil telah membahas penggunaan free software dan langkah nyata dalan penerapan dalam pemerintahan. Bahkan salah satu anggota kongres, Walter Pinheiro menyakan bahwa Brazil akam menjadi pembeli terbesar software yang akan menjadi contoh pemerintahan yang lain. Selain itu, Pinheiro mengatakan bahwa “House of Representative” tidak akan memperbaharui microsoft office senilai US $1,3 juta dan sedang mempelajari alternatif free software dan akan mengganti e-mail dengan produk free software.

Selain itu, banyak pihak yang memantau tentang penggalihan penggunaan Open Source. Industri Amerika memperhatikan perkembangan internasional terkait peraturan,legilasi dan kebijakan pemerintah. “Association for Competiive Technology” dimana Microsoft menjadi anggota  telah mempertanyakan “peraturan yang menentukan pemilihan teknologi” apakah melanggar hokum WTO. Selain itu, “Initiative for Software Choice (ISC)” koalisi yang dioperasikan oleh “Computer and Telecomunications Industry Association (CompTIA) yang Microsoft juga mendaftar menjadi anggota terus mengamati perkembangan “Open Source Legislative”.
Kemudian, asosiasi perdagangan Open Source yang bernama “ Open Source and Industry Alliance”dibentuk di Washington sebagai bentuk serangan terhadap maneuver Microsoft dengan menekankan menegenai Linux.  Walaupun sebenarnya, kunci pengadopsian produk Open Source terletak pada sikap pemerintahan dalam membuat keputusan. Dunia industry menilai keunggulan software harus objektif dan seharusnya pemerintahan memilih produk sesuai kebutuhan.
Sedangkan di Amerika tidak ada hokum mengenai Open Source yang dijadikan model oleh industry, namun pihak CompTIA lebih menyukai hokum di New Zealand yang pada intinya menjelaskan bahwa dalam membeli software harus berdasarkan biaya, fungsi, security dan kemampuan dalam bekarja dengan system lain.
Pada April 2003, “Centre of Open Source Government” yang berada di “George Washington University” menyakan bahwa kecurigaan yang dibangun industri software proprietry hanay berusaha agar pemerintahan tidak membuat hokum yang mempertimbangkan Open Source. Selain itu, pihakn “Centre of Open Source and Government” menyetujui pernyataan eksplisit pemerintah Afrika Selatan yang melegitimasi Open Source dan memerintahkan lembaga-lembaga pemerintah untuk memimpin program Open Source. Selain itu mereka menyetujui Afrika Selatan bahwa beberapa ketetapan yang menguatkan Open Source dibutuhkan sampai Open Source memiliki kekuatan kompetitif yang sama dengan software proprietry dan mendukung pengakuan Afrika Selatan bahwa produk Open Source memiliki keuntungan social dan sekarang adalah waktu untuk mengadopsinya.

Referensi :
·         Anonim.2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_terbuka.[Januari, 2010]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar